Selasa, 05 April 2016

BAHAN AJAR
KONFLIK, KEKERASAN DAN UPAYA PENYELESAIANNYA”
 A.  KONFLIK
1. Pengertian Konflik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik diartikan sebagai percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih(atau juga kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tak berdaya.
Dalam Bahasa latin : Configere artinya saling memukul
a.  Pengertian Konflik menurut Ahli :
  • Soerjono Soekanto : Suatu proses sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan /atau kekerasan
  • Gillin and Gillin : konflik adalah bagian dari sebuah proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan fisik, emosi , kebudayaan dan perilaku. 
b.      Karakteristik Konflik
a.      Bersifat Inheren
Konflik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan suatu masyarakat.Tidak ada satu masyarakat pun yang bisa mencegah dan menghindari konflik social.

b.      Tidak Selamanya Berdampak Negatif
Konflik tidak selalu harus dihindari karena tidak selamanya berdampak negative. Berbagai konflik yang ringan dan terkendali ( dikenal dan ditanggulangi ) dapat berpengaruh positif bagi individu maupun kelompok yang terlibat didalamnya.

c.       Potensi Perbedaan dapat Dikurangi
Konflik adalah sesuatu yang tidak mungkin dihindarkan dari interaksi social, tetapi dapat diatasi dengan mengurangi potensi perbedaan.Dalam interaksi social, individu bertemu dengan banyak individu lainnya.

d.      Dilatarbelakangi oleh Perbedaan Ciri
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi social. Atau dengan kata lain, konflik pada umumnya adalah hasil dari kemajemukan masyarakat. Oleh sebab itu, penanganan konflik seharusanya diawali dengan ditegakkannya nilai-nilai hubungan social yang luhur seperti toleransi dan pluralism.

e.       Dapat Menciptakan Perubahan
Konflik dapat memberikan kontribusi untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat.Konflik merupakan kekuatan demi mencapai kemajuan. Konflik mampu mendorong perubahan dalam suatu organisasi, sehingga pimpinan yang tidak cakap akan digantikan oleh pimpinan yang lebih terampil.

f.       Bertentangan dengan Integrasi
Konflik bertentangan dengan integrasi ( kesatupaduan ). Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya konflik yang tidak terkontrol dengan baik akan menghasilkan atau menciptakan konflik social.
Faktor-faktor Penyebab Konflik
Secara umum factor penyebab konflik ada 7 antaranya :
a.       Perbedaan antarindividu,
b.       Perbedaan kebudayaan,
c.        Perbedaan kepentingan,
d.       Situasi yang bertolak belakang atau kesenjangan,
e.        Perbedaan cara mencapai tujuan,
f.        Ketidaksamaan status, dan
g.        Adanya perubahan social yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
a.      Perbedaan antarindividu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggan, dan identitas seseorang.
            Sebagai contoh anda ingin suasana belajar tenang tetapi teman anda ingin belajar sambil bernyanyi, karena menurut teman anda itu sangat mundukung.Kemudian timbul amarah dalam diri anda.Sehingga terjadi konflik.

b.      Perbedaan Kebudayaan
            Kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga dan masyarakat .tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yang sama. Apa yang dianggap baik oleh satu masyarakat belum tentu baik oleh masyarakat lainnya.
            Interaksi sosial antarindividu atau kelompok dengan pola kebudayaan yang berlawanan dapat menimbulkan rasa amarah dan benci sehingga berakibat konflik.
c.       Perbedaan Kepentingan
            Setiap kelompok maupun individu memiliki kepentingan yang berbeda pula.Perbedaan kepentingan itu dapat menimbulkan konflik diantara mereka.
            Contoh :perbedaan kepentingan dalam hal pengelolaan Organisasi Siswa Intra Sekolah ( OSIS ). Ada yang tulus mengemban amanah sebagai pengurus OSIS dengan mengelola organisasi sebaik-baiknya agar mampu memberi manfaat bagi warga sekolah dan warga masyarakat sekitarnya.Namun, ada juga yang hanya ingin menadi pengurus OSIS demi memperoleh popularitas atau dikenal oleh siswa lainnya. Bila kepentingan tadi saling berbenturan maka akan menimbulkan konflik.
d.      Situasi yang Saling Bertolak Belakang atau Kesenjangan
            Kesenjangan yang ada dalam masyarakat juga dapat menyebabkan konflik.Kesenjangan ekonomi, misalnya, sudah berulang kali mengakibatkan konflik di berbagai penjuru.Kesenjangan taraf hidup dan kesejahteraan antara segelintir kalangan kaya dengan warga miskin memang sangat berpotensi menimbulkan konflik atau kecemburuan social.

e.       Perbedaan Cara Mencapai Tujuan
            Dalam suatu kelompok atau masyarakat, anggota-anggotanya mungkin saja memiliki tujuan yang sama. Namun, mereka belum tentu sepakat mengenai cara-car yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.Tanpa adanya upaya untuk menyamakan persepsi, ini pun bisa menimbulkan konflik.
            Contoh : dalam sebuah ujian, seluruh peserta didik sepakat bahwa mereka harus meraih nilai yang baik. Namun, belum ada kesepakatan tentang cara mencapai tujuan tersebut. Dalam keadaan demikian, sebagai peserta didik memilih untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin, mempelajari kisi-kisi materi ujian yang diberikan oleh guru dan berlatih mengerjakan soal. Dalam saat yang sama, mungkin juga ada peserta didik lainnya yang menghalalkan segala cara agar memperoleh nilai bail, misalnya dengan mencontek, bahkan melakukan berbagai bentuk kecurangan lainnya.
f.       Ketidaksamaan Status
            Sebagaimana halnya kesenjangan social, ketidaksamaan status juga dapat memicu terjadinya konflik social. Terlebih bila status-status terhormat diduduki hanya oleh individu-individu dengan latar belakang tertentu ( suku, agama, golongan ) saja. Hal mana dipastikan akan menimbulkan ketidakpuasan dari pihak-pihak lain yang merasa diperlakukan tidak adil dan tak diberi kesempatan yang seimbang untuk mencapai status terhormat.
g.      Perubahan Sosial
            Perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatu masyarakat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku, akibatnya konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu dengan masyarakat.
            Sebagai contoh kaum muda ingin merombak pola perilaku tradisi masyarakatny, sedangkan kaum tua ingin mempertahankan tradisi dari nenek moyangnya. Maka akan timbulah konflik diantara mereka.

Bentuk-bentuk Konflik
Menurut Lewis A. Coser konflik dibedakan menjadi 2 yaitu :
1.      Konflik realistis berasal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap sistem atau tuntutan yang terdapat dalam hubungan sosial.
2.      Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan yang antagonis(berlawanan), melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan ketegangan.
Berdasarkan kedua bentuk konflik diatas Lewis A. Coser membedakannya lagi kedalam dua bentuk konflik berbeda, yaitu :
·         Konflik In-group adalah konflik yang terjadi dalam kelompok itu sendiri
·         Konflik Out-Group adlah konflik yang terjadi antara suatu kelompok dengan kelompok lain.
Menurut Soerjono Soekanto konflik dibedakan menjadi 5 bentuk, yaitu :
·         Konflik atau pertentangan pribadi
·         Konflik atau pertentangan rasial
·         Konflik atau pertentangan antar kelas-kelas sosial
·         Konflik atau pertentangan politik
·         Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional
Berdasarkan Sifatnya :
·         Konflik destruktif, merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang , rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun kelompok orang . Pada titik tertentu konflik ini dapat merusak atau menghancurkan sebuah hubungan.
·         Konflik konstruktif, merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini menghasilkan konsesus dari perbedaan pendapat menuju sebuah perbaikan.
Berdasrkan posisi pelaku yang berkonflik
·         Konflik vertikal, konflik antar komponen masyarakat didalam suatu struktur yang bersifat hirarkis
·         Konflik horisontal,konflik antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan relatif sama.
·         Konflik diagonal, merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan aloksi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan ekstrim, contoh konflik poso
Berdasarkan sifat pelaku yang berkonflik
·         Konflik terbuka, merupakan konflik yang diketahui semua pihak, contoh konflik antara Israel dengan Palestina
·         Konflik tertutup, konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat konflik
Berdasarkan konsentrasi aktivitas Manusia di dalam masyarakat:
·         Konflik sosial, merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik. Konflik sosial dibedakan menjadi dua,yaitu :
1.      Konflik sosial vertikal : konflik yang terjadi antara masyarakat dengan negara.
2.      Konflik sosial horisontal : konflik yang terjadi antar etnis, suku atau agama
·         Konflik Politik, yaitu konflik yang terjadi akibat terjadi karena perbedaan kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaan
·         Konflik Ekonomi, konflik akibat adanya perebutan sumber daya ekonomi dari pihak yang berkonflik.
·         Konflik Budaya, konflik akibat adanya perbedaan kepentingan budaya dari pihak yang berkonflik.
·         Konflik Ideologi, konflik akibat perbedaan paham yang diyakini oleh seseorang atau sekolompok orang , contoh konflik saat G30-S/PKI
Dari sudut psikologi sosial, Ursula Lehr mengemukakan konflik sebagai berikut:
·         Konflik dengan orangtua
·         Konflik dengan anak-anak sendiri
·         Konflik dengan keluarga
·         Konflik dengan orang lain
·         Konflik dengan suami atau istri
·         Konflik disekolah
·         Konflik dalam pemilihan pekerjaan
·         Konflik agama
·         Konflik pribadi
            Secara garis besar bentuk-bentuk konflik adalah :
a.      Konflik Berdasarkan Cangkupannya
·         Konflik sosial vertikal : konflik yang terjadi antara masyarakat dengan negara.
·         Konflik sosial horisontal : konflik yang terjadi antar etnis, suku atau agama.

b.      Konflik Berdasarkan Subjeknya
·         Konflik Intrapersonal
Konflik yang terjadi pada seseorang dengan dirinya sendiri atau dapat dikatakan sebagai konflik batin.
·         Konflik Interpersonal
      Konflik yang terjadi antara seseorang dengan orang lain karena pertentangan kepentingan atau keinginan.
·         Konflik individu dengan kelompok
      Konflik yang terjadi antara seseorang dan satu kelompok karena pertentangan kepentingan atau keinginan.
·         Konflik antar kelompok
      Konflik yang terjadi antara satu kelompok dengan kelompok lain. Salah satu cirinya adalah melibatkan massa.

c.       Berdasarkan Dampaknya
·         Konflik destruktif,
merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang , rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun kelompok orang . Pada titik tertentu konflik ini dapat merusak atau menghancurkan sebuah hubungan.
·         Konflik konstruktif,
merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini menghasilkan konsesus dari perbedaan pendapat menuju sebuah perbaikan.

d.      Konflik Berdasarkan Skala Wilayahnya
·         Konflik Lokal
Konflik yang terjadi antarindividu atau antarkelompok masyarakat dalam lingkup dan skala wilayah relative sempit/
Contoh : konflik warga desa A akibat ketidakmerataan pembagian raskin atau konflik para simpatisan pada saat pemilihan calon ketua desa.  
·         Konflik Nasional
Konflik yang terjadi antarkelompok masyarakat yang berada dalam satu Negara. Konflik nasional dapat dikatakan konflik yang melibatkan suku, agama, dan ras yang berbeda , ataupun konflik pemerintah dan rakyat.
·         Konflik Internasional
Konflik yang melibatkan dua Negara atau lebih yang biasanya dipicu oleh perebutan suatu hal misalnya batas wilayah, kekayaan laut, masalah perdagangan, dan masalah HAM.
Dampak Sebuah Konflik
Dampak sebuah konflik memiliki 2 sisi yang berbeda yaitu dilihat dari segi positif dan dari segi negatif.
Segi positif dari konflik adalah sebagai berikut:
1.      Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas di telaah.
2.      Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nila-nilai, serta hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu atau kelompok.
3.      Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
4.      Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok.
5.      Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma baru.
6.      Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat.
7.      Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada dalam kekuatan yang seimbang.
Segi negatif dari konflik :
8.      Keretakan hubungan antarindividu dan persatuan kelompok.
9.      Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
10.  Berubahnya kepribadian para individu.
11.  Munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.
Teori-teori Konflik
1.      Teori Konflik Menurut Karl Marx
            Karl marx adalah seorang tokoh sosialis Jerman dan aktivis politik, mendefinisikan konflik sebagai bentuk perjuangan kelas kaum buruh terhadap para pemilik modal.
2.      Teori Konflik Menurut George Simmel
            George simmel merupakan seorang filsuf dan sosiolog dari Jerman.Menurut George Simmel konflik merupakan gejala yang tidak mungkin dihindari dalam masyarakat.Konflik merupakan bentuk pertentangan antara superordinasi dan subordinasi, yaitu antara kaum yang mendominasi dan kaum yang menunjukkan kenyataan dalam struktur social. Konflik ini dapat muncul dalam proses sosialisasi.
3.      Teori Konflik Menurut Ralf Dahrendorf
            Ralf Dahrendorf mendifinisikan konflik sebgai pertentangan antarkelompok masyarakat yang dilatarbelakangi oleh kekuasaa, bukan perjuangan kelas.Intinya, terjadi perebutan kekuasaan dalam kelompok atau antarkelompok untuk menghasilkan perebutan social.Untuk dpat melakukan penguasaan dibutuhkan sebuah wewenang.Pihak-pihak yang berwenang biasanya mereka yang memiliki status social tinggi.
KEKERASAN
·         Dalam KBBI kekerasan didefinisikan sebagai perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabakan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
·         Secara sosiologis kekerasan umumnya teradi saat individu atau kelompok yang berinteraksi mengabaikan norma-norma dan nilai sosial dalam mencapai tujuan masing-masing.Akibatnya terjadilah konflik yang bermuara  kekerasan.
Menurut Ahli :
a.      Soejono Soekanto
            Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau benda.Sementara itu kekerasan social adalah kekerasan yang dilakukan terhadap orang dan barang tersebut termasuk dalam kategori social tertentu.
b.      Robert Audi
            Kekerasan adalah serangan atau penyalahgunaan fisik terhadap seseorang.
c.       Colombijn
            Kekerasan adalah perilaku yang meibatkan kekuatan fisik dan dimaksudkan untuk menyakiti, merusak, atau melenyapkan seseorang atau sesuatu.
d.      James B. Rule
            Kekerasan merupakan manifestasi naluri bersama atau gerakan naluri primitive yang menciptakan kondisi-kondisi tindakan massa.


e.       Kaplan dan Sadock
            Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yyang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap  diri sendiri atau orang lain.
Teori – teori tentang Kekerasan :
Menurut Thomas santoso, terdapat 3 teori tentang kekerasan, yaitu :
1.      Teori Kekerasan sebagai tindakan aktor(individu) atau kelompok
·         Manusia melakukan kekerasan karena adanya faktor bawaan, seperti kelainan genetik atau fisiologis
2.      Teori Kekerasan Struktural
·        Kekerasan bukan berasal dari orang tertentu melainkan terbentuk dalam suatu sistem sosial.Para ahli memandang kekerasan tidak hanya dilakukan oleh aktor atau kelompok semata melainkan dipengaruhi oleh suatu struktur.
3.      Teori Kekerasan sebagai kaitan antara aktor dan struktural
Konflik merupakan sesuatu yang telah ditentukan sehingga bersifat endemik bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu ada 4 jenis kekerasan yang diidentifikasikan, yaitu :
a.       kekerasan terbuka (yang dapat dilihat)
b.      kekerasan tertutup (kekerasan tersembunyi, berupa ancaman)
c.       kekerasan agresif (kekerasan yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu, penjambretan)
d.      kekerasan defensif (kekerasan yang dilakukan untuk melindungi diri)
Salah satu bentuk kekerasan kolektif yang akhir-akhir initerjadi adalah : terorisme.
Secara umum  :
1.      Teori Agresi Frustrasi
Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustrasi yang terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat.

2.      Teori Belajar Sosial
Teori ini berasumsi bahwa individi yang melakukan kekerasan karena telah mempelajarinya secara langsung ( melalui pengalaman mengalami kekerasan atau melihat tindak kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa ) ataupun menyaksikan tayangan kekerasan di media elektronik.

3.      Teori Eksistensial
Berasumsi bahwa kebutuhan-kebutuhan dasar manusia tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif maka individu akan berupaya memenuhi melalui perilaku destruktif atau merusak, termasuk kekerasan.

4.      Teori Individual
Berasumsi bahwa individu melakukan kekerasan karena mempresepsikan suatu keuntungan bagi dirinya sendiri sehubungan perilaku kekerasan yang dilakukannya.
5.      Teori Kekerasan Kolektif
Asumsi teori ini adalah bahwa kekerasan kolektif ( kekerasa yang dilakukan secara bersama-sama ) disebabkan oleh adanya perubahan yang dianggap akan mengancam kelestarian system nilai, kepercayaan, identitas social, dan pranata dalam suatu komunitas atau kelompok.

6.      Teori Spiral Kekerasan
Teori ini dikemukakan oleh Dom Helder Camara,menurutnya tindakan kekerasan dapat dikaitkan dengan kondisi subhuman, yakni kondisi hidup dibawah standar layak sebagai manusia. Kondisi subhuman yang dialami sebagian warga masyarakat akanmenciptakan ketegangan terus-menerus dalam masyarakat sehingga mendorong munculnya kekerasan.

BENTUK-BENTUK KEKERASAN
A.    Berdasarkan Bentuknya
2)      Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik merupakan kekerasan yang kasatmata.Artinya, siapa pun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku dan korbannya.
Contohnya : menganiaya, menusuk, memukul, hingga membunuh.

3)      Kekerasan Nonfisik
Kekerasan nonfisik merupakan jenis kekerasan tidak kasat mata.Tidak kasatmata artinya tidak dapat langsung diketahui perilakunya apabila tidak jeli memperhatikan.Kekerasan nonfisik mencangkup kekerasan verbal dan kekerasan psikologis.

a)      Kekerasan Verbal

Kekerasan verbal dilakukan melalui kata-kata. Sebagai contoh : membentak, memaki, menghina, menjuluki, meneriaki, memfitnah, menyebar gossip, menuduh, menolak dengan kata-kata kasar, dan mempermalukan di depan umum secara lisan.

b)     Kekerasan Psikologis
Kekerasan tipe ini dilakukan dengan cara memberikan tekanan atau ancaman kepada korban. Kekerasan psikologis memiliki sasaran pada rohani atau jiwa sehingga dapat mengurangi, bahkan menghilangkan kemampuan normal jiwa.Contohnya : intimidasi, keboohongan, fitnah, tekanan, doktrin, memandang penuh ancaman, mempermalukan, mendiamkan, mengucilkan, memandang dengan merendahkan, mencibir, dan memelototi.

4)      Kekerasan Struktural
Kekerasan structural merupakan kekerasan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan menggunakan system, hokum, ekonomi, atau tata kebiasaan yang ada dalam masyarakat.Sebagai contoh, dalam sejarah Indonesia pemerintah colonial telah menciptakan berbagai kebijakan yang memberatkan rakyat Indonesia. Kebijakan itu antara lain peraturan kerja rodi, tanam paksa, dan pemberlakuan system monopoli. 
5)      Kekerasan kultural
Kekerasan kultural atau kekerasan budaya adalah kekerasan yang disebabkan oleh kultur ( budaya) suatu masyarakat. Sebagai contoh, ideology yang terkandung dalam budaya masyarakat digunakan untuk melegitimasi ( membenarkan) tindakan kekerasan.
Contohnya, sebuah budaya membolehkan memukul seseorang yang telah melanggar hokum adat dan melakukan pengucilan kepada anggota masyarakat yang terbukti melakukan perzinaan.

B.     Berdasarkan Caranya
1)      Kekerasan Langsung ( Direct Violence )
Kekerasan langsung merupakan kekerasan yang dilakukan dan akibatnya dapat dilihat atau dirasakan secara langsung.Contoh kekerasan langsung adalah pemukulan atau penganiayaan yang menyebabkan luka-luka pada tubuh.

2)      Kekerasan Tidak Langsung ( Indirect Violence )
Kekerasan yang tidak langsung dikenakan kepada individu lain, tetapi menggunakan sebuah perantara dalam melakukannya. Dalam kekrasan tidak langsung dapat pula terjadi kekerasan structural.Mengapa ?karena menggunakan peraturan sebagai jalan melakukan tindakan kekerasan.

C.    Berdasarkan Subjeknya
1)      Kekerasan Individual
Kekeran individual merupakan kekerasan yang dilakukan individu kepada individu atau kelompok lain. Bentuk kekerasan ini bisa langsung dan tidak langsung.Contohnya, penganiayaan suami terhadap istri, penganiayaan ibu terhadap anaknya, atau pemukulan majikan terhadap pembantu.

2)      Kekerasan kolektif
Kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang kepada individu atau kelompok lain baik secara langsung amupun tidak langsung. Kekerasan kolektif dapat berupa perkembangan dari kekerasan individual.Contoh, pengeroyokan, tawuran pelajar, dan bentrok antaretnik.
Cara Pengendalian Konflik dan Kekerasan
Secara umum, ada tiga macam bentuk pengendalian konflik sosial, yaitu konsoliasi, mediasi dan arbitasi.
1.      Konsoliasi
      Dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan diskusi dan pengambilan keputusan yang adil di antara pihak yang bertikai.
2.      Mediasi
Dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik sepakat untuk menunjuk pihak ketiga sebagai mediator.
3.      Arbitasi
Dilakukan apabila kedua belah pihak sepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik.
4.      Ajudication

Cara penyelesaian konflik melalui pengadilan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan masukan komentar untuk memperkaya konten dari gubahanf from berikut ini : mari berbagi

XII IPS 1